Mencari Kapal di Stockholm

Saat SD, saya dititipkan di rumah paman saya dari kelas 2 hingga kelas 4. Pada waktu saya punya tetangga dan teman main yang bernama Vasco. Bapak Vasco yang bernama Pak Rusman adalah pelaut sehingga tak heran bila Vasco mendapat warisan nama yang diambil dari pelaut terkenal Portugis, Vasco da Gama. Pak Rusman pernah menghabiskan beberapa waktu di Swedia, entah untuk sekolah atau tugas berlayar saya tidak ingat pasti. Tapi sejak itu pula ingatan kecil saya berbekas akan sebuah kota bernama Stockholm di mana bapaknya Vasco pernah ada di sana.

Bertahun-tahun kemudian Swedia bukan sekedar negara tempat bapaknya Vasco pernah berada. Swedia adalah tempat asal Ikea toko furniture yang terkenal sejagat bahkan konon akhirnya menjadi alat public diplomacy pemerintah Swedia. Swedia juga tempat asal perusahaan manufaktur otomotif Scania yang memproduksi truk-truk dan bus-bus keren. Tidak lupa Oriflame yang banyak meramaikan timeline facebook saya pun berasal dari Swedia. Dari dunia hiburan, Roxette, band music kesukaan mama saya juga berasal dari Swedia. Hanya saja saya tidak pernah menyangka jika pada akhirnya sempat memijakan kaki di negara maju ini.

9 Februari 2014 Menjelang Tengah Malam

Pada awalnya Stockholm tidak masuk ke dalam list itenerary perjalanan saya dan Indri di Eropa. Setelah shock dengan mahalnya Norwegia kami berpikir untuk melewatkan Swedia dan langsung terbang ke Finlandia. Namun nampaknya kami memang harus menginjakkan kaki di Stockholm, sebab tak ada penerbangan langsung dari Bergen (kota yang kami kunjungi sebelumnya) ke Helsinki. Sebagian besar penerbangan transit di Stockholm dan harga tiket Bergen – Helsinki pada akhirnya kira-kira sama saja dengan harga total tiket Bergen – Stockholm ditambah Stockholm – Helsinki. Akhirnya kami memutuskan untuk satu malam berhenti di Stockholm. Mengingat mahalnya Skandinavia, awalnya kami berencana untuk tidur di bandara lagi. Namun, mengingat pengalaman di Oslo bahwa tidur di bandara itu agak menantang, saya berubah pikiran untuk booking hotel di detik-detik terakhir sebelum kami tiba di Stockholm.

Next Destination Stockholm

Saya mencari hotel di Stockholm menggunakan wifi di pesawat Norwegian Air Shuttle yang membawa kami dari Bergen. Mahal itu sudah pasti, hingga akhirnya saya membatasi budget di angka maksimal 50 Euro. Kemarin-kemarin kami nyaris tidak menemukan hotel double room dengan private bathroom dengan harga di budget tersebut. Namun ketika browsing saat di pesawat, hasil pencarian di booking.com menunjukan sebuah hotel bernama Loginn Hotel yang satu-satunya berharga sesuai budget. Hanya saja ini bukan hotel biasa, tapi hotel di atas kapal.

Saya tidak langsung memesan hotel sebab ada pertimbangan penting lain yang harus saya pikirkan. Pesawat kami berangkat dari Bergen pukul 21.30 dan menurut jadwal baru akan sampai sekitar pukul 22.25. Saya tidak yakin apakah masih ada bus dari Arlanda Airport ke pusat kota Stockholm saat kami sampai nanti. Menurut hasil pencarian internet, bus terakhir dari bandara pada hari minggu malam adalah 22.30. Sangat jelas bahwa mendarat pukul 22.25 bukan berarti dalam 5 menit saya sudah bisa keluar terminal. Saya masih harus mengantri keluar pesawat dan mengambil bagasi. Saya akan sangat merugi bila sudah booking hotel dan ternyata sudah tidak ada bus lagi dari airport ke pusat kota. Di sisi lain saya juga harus booking hotel sebelum pukul 24.00 malam, sebab jika sudah berganti hari nampaknya sistem booking tidak memungkinkan lagi untuk membooking hotel di malam tersebut. Satu pertimbangan lain lagi bahwa saya tidak berlangganan mobile internet, sehingga saya memerlukan wifi. Yang saya pikirkan saat itu adalah saya harus langsung booking hotel di Arlanda setelah mendapat kepastian masih ada bus dan harus sebelum pukul 24.00.

Singkat cerita kami mendarat di Stockholm. Saya dan Indri berusaha berjalan keluar pesawat secepat mungkin dan beruntung bagasi kami keluar tidak terlalu lama. Kami pun menyempatkan diri ke ATM mengambil Swedish Kron karena seperti Norwegia, Swedia tidak memakai Euro. Sesampai bagian depan menjelang luar terminal kedatangan kami melihat ada konter bus yang masih buka. Konter tersebut untuk bus Flygbussarna. Beruntung ada bus yang akan berangkat dalam 5 menit. Saat saya membeli tiket, Indri mengumpulkan beberapa brosur dan peta Stockholm. Saya memutuskan membeli tiket bolak-balik ke dan dari pusat kota seharga 215 SEK.

Flygbussarna Arlanda Airport-Cityterminalen

Selesai membeli tiket kami langsung ke bus stop di luar terminal bandara. Bus tersebut sudah menunggu di stopnya. Betapa beruntung bahwa ada wifi di dalam bus. Setelah bus jalan saya langsung melanjutkan rencana booking hotel. Saya konfirmasi booking hotel kapal tadi terlepas saya belum tahu pasti nanti naik apa dari bus stop. Setelah booking hotel, menurut google maps kami bisa naik tbana (metronya Stockholm) ke arah hotel ditambah sedikit berjalan kaki.

10 Februari 2014 Lepas Tengah Malam

Stockholm Public Transport Ticket

Bus sampai di Cityterminalen (terminal bus Stockholm) nyaris jam 12 malam. Setelah keluar bus kami berjalan ke arah stasiun kereta berharap mendapat kejelasan bagaimana mencari transportasi ke arah hotel. Sesampai di stasiun kereta beruntung masih ada petugas yang berjaga. Saya langsung menanyakan informasi mengenai sistem tiket di Stockholm. Setelah membandingkan harga tiket sekali jalan vs tiket 24 jam saya memutuskan membeli tiket 24 jam. Setelah membeli tiket kami turun ke stasiun metro metro cityterminalen. Menurut peta, Loginn hotel terletak di sebrang Stockholm City Hall. Sebagai informasi Stockholm adalah kota yang terdiri dari beberapa pulau kecil. Stasiun tbana terdekat adalah Zinkensdamm yang dilalui tbana line 13 dan 14 serta berjarak 4 stasiun dari t-centralen, stasiun metro di cityterminalen.

Stockholm T-Bana

Agak sedikit mengejutkan bahwa metro masih sangat ramai, padahal sudah jam 12 malam. Stasiun metro di Stockholm terang benderang, namun sayangnya masih agak terasa suasana seram. Mungkin karena saya baru saja tiba sebagai pendatang. Metronya sendiri tidak terlalu tua, namun tidak terlalu bagus juga. Sesuai petunjuk google maps offline kami berhenti di ZIneknsdamm dan langsung keluar stasiun metro. Di luar sangat gelap dan sepi.

Sambil menggendong tas carrier sekitar 20 Kg kami pun merayapi Stockholm tengah malam lewat dengan satu misi, mencari kapal. Jalanan di kota Stockholm lebar-lebar. Namun, suasananya agak sedikit kurang bersahabat dan cenderung seram. Bisa jadi mungkin karena suasana musim dingin. Di kiri dan kanan jalan banyak diparkir mobil yang mungkin dimiliki orang-orang yang tinggal di sekitar area yang kami lewati.

Setelah sekitar 20 menit berjalan dari stasiun metro melewati beberapa bagian gelap dari kota, kami masih belum menemukan kapal yang kami cari. Padahal kami sudah hampir tiba di bibir pulau di mana seharusnya kapal yang kami cari tertambat. Saat itu kami berdiri di dataran yang agak tinggi, kami hanya melihat teluk dan di daratan seberang nampak Stockholm City Hall berdiri sekilas di sana terang dan ramai. Tapi tak nampak ada keramaian di daratan di sisi kami. Hanya beberapa lampu jalan yang menyala.

Saat memperhatikan sekitar saya tersadar ada tangga turun menuju ke bawah ke bibir teluk. Saya dan Indri pun berjalan turun. Di bawah sebuah jalan besar yang sepi, kami pun langsung menyeberang. Akhirnya barulah terlihat sebuah kapal tengah tertambat tak jauh dari tempat kami berdiri. Lampu-lampunya menyala terang sebagai tanda mungkin ada orang-orang di dalamnya. Kami pun berjalan mendekat. Saat sampai di depannya, akhirnya pencarian kapal di Stockholm membuahkan hasil. Kami melihat bacaan Loginn hotel di tangga naik ke atas kapal tersebut.

Loginn Hotel nan Epic

Ketika pencarian kapal selesai bukan berarti petualangan kami berakhir. Setelah naik ke kapal, satu-satunya pintu masuk di sana tertutup dan sesuai perkiraan terkunci. Melihat kondisi kapal tua tersebut saya sempat meragukan apabila ada resepsionis yang standby selarut ini. Kemungkinan terburuk adalah kami harus tidur di luar malam itu. Di depan pintu ada interkom yang terlihat setua kapal tersebut. Saya pun menekan tombol interkom. Sejenak terdengar bunyi bip panjang. Tak lama, kami mulai merasa beruntung, seseorang menjawab. Dari suaranya seorang wanita tua. Ia menyapa menggunakan bahasa asing yang saya tidak kenal, namun saya perkirakan Bahasa Swedia. Saya pun langsung menyahut menggunakan Bahasa Inggris dan menyampaikan bahwa saya baru saja melakukan booking hotel. Singkat cerita wanita tua tersebut membukakan pintu hotel dan kami langsung checkin malam tersebut. Ternyata si wanita tua yang cukup ramah tersebut bertugas jaga malam. Sebelum masuk kamar saya menyempatkan diri bertanya apakah air keran di kamar bisa diminum. Ia pun membalas, “We have the best tap water in the world!” Dengan intonasi yang penuh percaya diri. Kelak pernyataan tersebut akan membuat kami selalu tertawa saat mengingatnya.

Another View of The Epic Ship

Kronprinssesan Martha

Saya tidak membawa meteran sehingga tidak tahu persis berapa ukuran kamar kami. Loginn hotel menggunakan kapal yang telah pensiun dan menjadikan interior kapal sebagai kamar-kamar. Nama kapalnya adalah M/S Kronprinsesse Martha yang dibuat pada tahun 1928. Jika tidak salah kapal ini memiliki tiga tingkat dek. Setiap dek mungkin ada sekitar sekian belas hingga 20an kamar. Kamar kami hanya muat berisi satu tempat tidur ukuran queen. Berhubung dek tidak terlalu tinggi, di tempat tidur yang diposisikan agak tinggi tersebut kita hanya bisa duduk, itu pun kepala nyaris menyentuh atap. Di depan pintu ada semacam ruang kotak yang difungsikan sebagai lemari. Kamar mandi pun berukuran kecil namun tidak terlalu sempit. Airnya bersih dan saat diminum tidak ada rasanya. Keran air panas pun menyala tanpa masalah. Terlepas dari segala keterbatasan hotel 50 euroan tersebut kami tidur sangat lelap malam itu.

10 Februari 2014 Pagi

Stockholm Stadshus di Seberang Loginn Hotel

Dengan berbagai pertimbangan, hari itu kami memutuskan baru checkout setelah shalat zuhur. Itu pun ditambah dengan bumbu menghilangkan kunci kamar. Setelah mencari sekitar setengah jam kami pun memutuskan mengadu ke resepsionis. Beruntung resepsionis mengatakan tidak apa-apa. Setelah itu kami langsung checkout membawa seluruh barang bawaan. Tas-tas besar akan kami titip di locker yang ada di terminal sentral Stockholm.

Hubby, Wifey and Stockholm Stadshus

Kami keluar hotel sambil menyusuri Riddarfjarden menuju Stasiun Tbana Gamla Stan. Sebenarnya tujuan utama satu hari kami di Stockholm adalah Gamla Stan, tapi kami harus menitip tas dulu kemudian baru kembali lagi. Di sepanjang Riddarfjarden, ternyata tak hanya ada satu hotel kapal, bahkan kami menemukan beberapa hotel. Setelah berjalan sekitar 15 menit akhirnya sampai di stasiun tbana. Kami langsung naik ke arah pusat kota.

Gamla Stan T-Bana

Di Terminal Sentral Stockholm kami langsung menitipkan tas. Saya lupa harganya, tapi cukup mahal apalagi jika dirupiahkan. Setelah menitip tas kami langsung ke luar dan berjalan-jalan di pusat kota. Saat melihat toko souvenir kami langsung memutuskan mampir. Menariknya ada cukup banyak imigran Pakistan di Stockholm, termasuk penjaga toko souvenir yang kami datangi. Selesai dari toko souvenir kami memutuskan untuk jalan kaki saja menuju Gamla Stan karena ternyata tidak terlalu jauh dari cityterminalen.

Gamla Stan bukan Gangnam Style

Riksgatan

Gamla Stan terdengar serima dengan Gangnam Style. Tapi tentunya dua nama tersebut berada di lokasi yang berbeda. Gangnam adalah sebuah distrik di Korea Selatan dan Gamla Stan tentunya sesuai dengan topik utama post ini ada di Stockholm.

Di Eropa Hampir Setiap Jembatan Dipasangi Gembok

Gamla Stan berasal dari Bahasa Swedia yang berarti kota tua. Sebenarnya jika ditelusuri ada banyak objek turistik di Stockholm. Namun dengan keterbatasan waktu kami memutuskan menjadikan Gamla Stan sebagai objek utama jalan-jalan kami pada waktu tersebut.

Sesuai dengan namanya, di Gamla Stan ada banyak gedung-gedung tua namun masih sangat terawat. Kami memulai perjalanan melalui Riksgatan hingga terus ke ujung Gamla Stan di selatan. Di sepanjang jalan utama Gamla Stan ada banyak toko dan restoran. Selain kami pun ada banyak turis-turis lain.

Setelah sampai di salah satu ujung jalan, akhirnya kami memutuskan untuk naik bus tanpa tentu arah. Kami turun di salah satu jalan Stockholm yang juga tidak saya ingat. Tapi kemudian kami mengenali jalan tersebut adalah jalan yang kami lalui saat mencari kapal yang hilang semalam. Saat terus jalan kami menemukan restoran vegerian dan memutuskan untuk makan siang. Sayangnya Indri nampak tidak terlalu suka masakan di sana.

Wifey’s Vegetarian Nightmare

Selesai makan kami kembali naik bus dan sejenak berputar-putar di Stockholm yang berpulau-pulau. Kita matahari mulai turun padahal baru jam 5-an kami memutuskan naik tbana kembali ke cityterminalen. Di cityterminalen kami langsung mengambil tas dan menunggu bus menuju Arlanda airport menggunakan tiket pp yang sudah kami beli sebelumnya.

Stockholm Bus

Wifey and Sushi Sushanti

Perjalanan ke bandara berlangsung seperti biasa. Sesampai bandara langsung checkin dan menaruh bagasi. Kami menyempatkan untuk meminta tax return dari souvenir yang tadi siang beli. Tapi ternyata kami baru bisa meminta tax return setelah meninggalkan Eropa. Kami menyempatkan makan malam menu kesukaan Indri, Sushi. Setelahnya langsung ke ruang tunggu menanti penerbangan selanjutkan ke Helsinki.

Tinggalkan komentar